Seorang single fighter selalu berjuang dengan gagahnya dalam menyelesaikan sesuatu. Namun, ketika dia mempunyai tim yang bisa diajak bertukar pikiran, haruskan dia menjadi single fighter?
Hm,, menurut aku bisa-bisa saja. Terkadang dalam suatu tim tidak semua orang-orang di dalamnya mengerti tugasnya. Terkadang dalam suatu tim tidak semua orang-orangnya menyadari. Dan yang lebih parah lagi adalah terkadang dalam suatu tim orang-orangnya mempunyai prioritas sendiri-sendiri di luar tim tersebut. Lalu bagaimana dengan seseorang yang mencoba bertahan di tim itu? Haruskah dia berjuang sendiri? Jika dia tidak berjuang sendiri dan tetap mengandalkan orang lain maka bagaimana tim itu harus berjalan? Ataukah dibubarkan saja tim itu? Lalu bagaimana dengan rencana-rencana yang sudah dibuat? Akankah ditinggalkan begitu saja?
AKu adalah orang yang sensitif mengenai hal itu. Jujur aku orangnya rada cuek,, tapi ketika aku harus memberikan perhatian pada sesuatu, maka aku akan berusaha mengerjakannya sebaik mungkin. Masalahnya adalah ketika aku tersangkut pada masalah di atas, jujur aku sangat dilema. Di satu pihak aku ingin menjalankan tugasku hingga selesai, tapi jauh di lubuk hati kecilku yang merupakan sifatku adalah meninggalkannya.
AKu juga sama seperti mereka, mempunyai kepentingan lain,, betul memang sulit ketika dua kepentingan kita saling bentrok. Aku pun bisa meninggalkannya dan lebih memprioritaskan yang lain (lebih bersifat kepentingan individu).. Namun, apa karena posisiku yang terikat yang membuatku tidak bisa begitu saja meninggalkannya..
Hm,, lalu siapa yang salah??
Haha,,,, jangan tanya siapa yang salah, jika ada pertanyaan itu maka aku adalah orang pertama yang akan mengatakan kalau aku termasuk salah satu didalamnya. Memang banyak tuntutan bagiku, tapi aku menyadari itu untuk kpentinganku,, Namun, ketika hati kecilku berkata lain, itulah masalah terberatku..
Satu pelajaran penting yang aku dapat di tahun 2009 adalah bahwa aku akan mulai mengikuti kata hatiku. AKu orang yang cenderung berkata "IYA" jika orang lain memintaku, atau menyanggahku.. Walaupun sejujurnya aku tidak begitu faham atau aku tidak begitu menginginkannya, tapi aku berusaha untuk berkata IYA.. dengan pemikiran bahwa aku pasti bisa belajar dan ini adalah yang terbaik untukku. Namun, saat itu di tahun 2009, aku berusaha mempertahankan apa kata hatiku,, walaupun mungkin itu menyakiti hati orang lain, tapi ini adalah hidupku, aku bebas memilih sesuatu..
Dan akhirnya yang aku rasakan saat ini adalah aku merasa Sangat TIdak Menyesal melakukannya. AKu tau hubunganku menjadi tidak baik dengannya, tapi aku selalu berusaha memperbaiki. Dianya saja yang memang tidak mau mengalah dan tidak mau memperbaikinya. JIka kita berteman, dan teman kita melakukan kesalahan tapi dia sudah minta maaf, lalu kenapa tidak memaafkannya?
Satu hal yang aku sadari bahwa teman adalah sesuatu yang sangat berharga bagiku. Sejelek apapun dia, dia tetap teman bagiku. Walaupun aku marah kepadanya, tetap saja di dalam lubuk hatiku dia adalah teman bagiku.. Setidaknya kami pernah melakukan suatu hal bersama dan aku sangat menghargai kebersamaan itu. Bagi teman-temanku, ingatlah bahwa kalian tetaplah teman bagiku,, sejelek apapun kalian, seburuk apapun kalian,, tetap saja bagiku teman.
Hal yang membedakan diantara teman-teman yang aku punya adalah Kepedulianku. Jika aku sudah tidak peduli lagi apa yang mereka lakukan, mau itu buruk ataupun baik, aku sudah tidak akan peduli. Itulah tahapan kerenggangan pertemanannku bagiku, tapi aku tetap menganggapnya sebagai teman biasa. AKu bisa menghargai apa yang mereka perbuat karena memang itu adalah pilihan mereka, Aku tidak pernah menuntut mereka harus begini begitu, tapi aku hanya bisa memberikan nasihat,, TErserah mereka akan berbuat apa,,
Kembali ke Single Fighter,, sejujurnya bisa saja aku menjadi single fighter,, namun saat ini aku masih menghargai teman-temanku dan menghargai pendapat mereka. Karena aku sadar dan yakin bahwa pendapat satu orang saja itu tidaklah cukup,, dan aku menyadari bahwa saat ini, di usia sekarang ini, aku terkadang tidak bisa berpikir optimal,, aku takut emosiku masuk ke dalamnya,, oleh karena itu aku akan berusaha berbagi,,,
Seorang single fighter mungkin bisa melakukan pekerjaan sendiri, tapi terkadang sulit untuk memikirkan sesuatu sendiri dan mengambil suatu keputusan sendiri. Sulit sekali,, itu yang aku rasakan, Karena itu berhubungan dengan tanggungjawab...
Yah,,, mungkin aku belum berbesar hati, atau belum ikhlas menjalani ini???
Entahlah, aku tidak meminta balasan apa-apa,, aku hanya ingin menjalankan tugas ini dengan baik, dan aku menyadari bahwa aku tidak bisa menjalankan tugas ini dengan baik jika aku sendirian,, itulah sebabnya sulit bagiku untuk menjadi single fighter..
Namun, kondisi bisa saja mengubahku. Jika aku sudah menjadi single fighter, jangan salahkan sikapku ini.. dan Satu hal yang aku takutkan adalah bisa saja aku menjadi Single Fighter untuk selamanya,,, dan itu bisa berdampak besar bagiku, Bisa saja aku tidak mengikut suatu organisasi lagi,, tak satupun,,, atau aku hanya memikirkan kepentinganku sendiri??? Entahlah
Sesungguhnya aku orang yang cepat meniru dari orang lain,,, Jika aku sering berada diantara orang-orang yang aku sebutkan dalam tim di atas,, maka bisa saja aku menjadi seperti mereka,, atau mungkin lebih..
Kasian sekali ya tampaknya diriku ini,, lingkungan dan pengalamanlah yang lebih banyak mendidik dan mempengaruhiku,..
walllahu'alam,, semoga aku tetap dilindungi oleh Sifat-sifat seperti itu,, semoga aku terus beristiqomah di jalan ini,
AMin ya Rabb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar